Selasa, 12 November 2013

Penjelajah Kunjungi Semua Negara di Dunia dalam 23 Tahun

Pria yang paling sering menjelajah dunia akhinya pulang ke kediamannya setelah 23 tahun bekelana mengelilingi setiap negara di dunia. Mike Spencer Bown menghabiskan dua dekade terakhir mengelilingi dunia dalam petualangan ke 195 negara di dunia.

Pria berusia 44 tahun asal Kanada tersebut merupakan wisatawan pertama yang berkunjung ke kota yang bergejolak, Mogadishu di Somalia. Ia mengunjungi kampung halaman Saddam Hussein saat berlangsungnya invasi Amerika Serikat di Irak dan bahkan tinggal bersama suku pigmi di Republik Demokratik Kongo. Namun Mike, dengan membawa ransel yang sama selama 23 tahun terakhir, akhirnya melepas sepatu botnya di Kerry, Irlandia di mana ia berencana untuk bersantai selama beberapa pekan sebelum terbang menuju rumah ibunya di Calgary, Kanada.


Penjelajah Kunjungi Semua Negara di Dunia dalam 23 Tahun 
Penjelajah dunia Mike Spencer Bown (44) duduk di tengah gurun yang berada di Aljazair Selatan pada Juni 2013. Selama bertahun-tahun Mike sudah mengunjungi Indonesia sebanyak 20 kali, Mesir dua kali, India enam kali, Kamerun lima kali, Peru dua kali, China tiga kali, Afrika belasan kali dan Thailand hampir 50 kali.

Penjelajah Kunjungi Semua Negara di Dunia dalam 23 Tahun 

Mike berjongkok di atas batu dekat sebuah danau di Pakistan, tempat ia pernah ditahan oleh CIA. Ia melakukan perjalanan melintasi Afghanistan dengan mengendarai sepeda motor dan menengguk anggur saat terjadi baku tembak dengan kelompok Taliban.

Penjelajah Kunjungi Semua Negara di Dunia dalam 23 Tahun 

Di Seoul, Mike mencoba mengenakan pakaian tradisional Korea. Sebagian besar perjalanan ia lalui dengan menumpang kendaraan orang lain dan mengatakan bahwa tidak seperti kebanyakan penjelajah dunia lainnya ia menetap dan menikmati aktivitas di semua negara yang kunjungi

Penjelajah Kunjungi Semua Negara di Dunia dalam 23 Tahun 

Dalam gambar ini Mike bersama rekannya sesama petualang bernama Molly dekat Danau Namtso, Tibet. Mike sudah menjelajahi beberapa tempat paling terpencil, berbahaya dan terindah di dunia. Dan ia melakukan semua hal tersebut bersama ransel setianya yang ia bawa sejak pertama kali meninggalkan Kanada pada 1990.

Penjelajah Kunjungi Semua Negara di Dunia dalam 23 Tahun 

Mike bersama beberapa rekannya sesama petualang menggelar pesta dekat Danau Namtso, Tibet. Ia membantu mendanai penjelajahannya melalui beragam bisnis termasuk bisnis perak di Bali, ekspor furnitur dari pulau Jawa dan batu mulia dari Afrika. Mike mengatakan: “Saya tidak pernah mengalami masalah keuangan. Saya mengambil risiko yang sudah diperhitungkan. Saya berkemah, menginap di hotel yang murah, tinggal bersama warga lokal dan melakukan apa yang mereka lakukan. Mudah mencari uang di negara dunia ketiga jika Anda tahu caranya - jika Anda sudah cukup lama menetap di sana.

Penjelajah Kunjungi Semua Negara di Dunia dalam 23 Tahun 

Mike berdiri di kawasan militer Mongolia pada 2009. Meskipun mengunjungi beberapa tempat paling berbahaya di dunia, Mike berhasil terhindar dari bahaya atau penyakit berbahaya, tidak termasuk dua kali terserang malaria.

Penjelajah Kunjungi Semua Negara di Dunia dalam 23 Tahun 

Dalam gambar ini Mike berfoto di depan pohon Darah Naga (Dragon Blood tree) di Pulau Socotra, Yaman. Ia merupakan wisatawan pertama yang mengunjungi kota bergejolak Mogadishu, berkelana ke kampung halaman Saddam Hussein saat berlangsungnya invasi Amerika Serikat di Irak dan bermain bersama suku pigmi di Kongo.

Penjelajah Kunjungi Semua Negara di Dunia dalam 23 Tahun

Pegunungan Altai di Mongolia menjadi latar belakang yang sangat indah dalam gambar ini yang menampilkan Mike bersama pemandu wisatanya. Selama 23 tahun melakukan petualangan, Mike menaiki kereta luncur bersama warga lokal yang sedang mabuk dari suku Yakuti di Rusia, tinggal bersama dukun di Mali dan berkano dekat para harimau yang sedang terlelap di Bangladesh.

Penjelajah Kunjungi Semua Negara di Dunia dalam 23 Tahun

Mike berfoto bersama rekannya sesama petualang Molly di Iran pada 2003. Ia sudah belasan kali harus mengurus paspor. Mike mengakhiri petualangannya di Irlandia pada bulan lalu di mana ia menghabiskan waktu selama beberapa pekan sebelum terbang menuju ke rumah ibunya di Calgary, Kanada.

Penjelajah Kunjungi Semua Negara di Dunia dalam 23 Tahun 

Mike sang penjelajah dunia bersama seorang pemandu lokal saat berkunjung ke wilayah dataran tinggi Papua Nugini. Ia akhirnya akan kembali pulang 23 tahun setelah mengawali penjelajahannya ke seluruh dunia, mengunjungi semua negara di dunia yang berjumlah 195 negara.

Penjelajah Kunjungi Semua Negara di Dunia dalam 23 Tahun 

Para peziarah di Tibet membantu menunjukkan jalan kepada pria asal Kanada tersebut. Selama melakukan petualangan, Mike berhasil terhindar dari maut di wilayah pegunungan Nepal dan senapan mesin pernah diarahkan ke wajahnya lebih dari sekali.

Penjelajah Kunjungi Semua Negara di Dunia dalam 23 Tahun 

Selama 23 tahun melakukan petualangan, Mike Spencer Bown melakukan kontak dengan beberapa hewan paling berbahaya di dunia, termasuk gorila di Rwanda pada 2010. Ia juga berkano melewati kawanan harimau yang sedang tertidur dan menaiki kereta luncur rusa kutub.


Penjelajah Kunjungi Semua Negara di Dunia dalam 23 Tahun

Mike menikmati pemandangan bersama seorang rekannya saat melakukan petualangan di Pakistan. Mike juga pernah tinggal bersama suku pigmi Bambuti di Republik Demokratik Kongo, berburu antelop (sejenis rusa) dan menghindari pemberontak Hutu. Meskipun nyaris tertimpa marabahaya, Mike mengatakan ia tidak pernah berencana mencari bahaya.

Penjelajah Kunjungi Semua Negara di Dunia dalam 23 Tahun 

Ia pernah mengunjungi jalan raya Karakoram, jalan raya lintas negera beraspal tertinggi di dunia yang menghubungkan China dan Pakistan, dan ia melakukan semua petualangan bersama ransel setianya yang ia bawa sejak pertama kali meninggalkan Kanada pada 1990.

Penjelajah Kunjungi Semua Negara di Dunia dalam 23 Tahun 

Saat melakukan perjalanan, Mike berkesempatan menaiki kereta luncur rusa kutub di Rusia. Ia mengatakan bahwa ia mengambil risiko yang sudah diperhitungkan, dan sering kali ia berkemah atau menginap di hotel dengan biaya yang murah. Ia juga tinggal bersama warga lokal di sejumlah negera di dunia.

Penjelajah Kunjungi Semua Negara di Dunia dalam 23 Tahun 

Foto ini diambil saat Mike berkunjung untuk kedua kalinya ke Machu Pichu. Ia mengatakan bahwa ia berhasil melakukan petualangan selama 23 tahun dengan berhemat. Ia membuang jauh-jauh bayangan untuk berlibur dan memutuskan untuk tinggal bersama warga lokal, yang membedakannya dari para petualang lainnya.

Penjelajah Kunjungi Semua Negara di Dunia dalam 23 Tahun 

Mike tinggal bersama suku pigmi Bambuti di Republik Demokratik Kongo, dan gambar ini diambil saat melakukan pembukaan lahan di hutan. Petualangan yang ia lakukan berhasil mensejajarkan namanya dengan 300 orang lain yang berhasil menjelajahi 195 negara di seluruh dunia.

Penjelajah Kunjungi Semua Negara di Dunia dalam 23 Tahun 

Warga suku Huli Wigmen di Tari Highlands (Dataran Tinggi Tari), Papua Nugini, mengajak mampir Mike si petualang ke rumah mereka saat ia melakukan perjalanan. Mike pertama kali berpikir untuk mengunjungi setiap negara di dunia saat ia berusia 21 tahun, dan sejak saat itu ia sudah mengunjungi sejumlah negara hampir 50 kali.

Penjelajah Kunjungi Semua Negara di Dunia dalam 23 Tahun 

Mike mengunjungi sejumlah tempat paling berbahaya di dunia. Ia mengatakan momen yang paling berkesan bagi dirinya adalah saat mengunjungi ibu kota paling berbahaya di dunia, Mogadishu, pada 2010, dalam mencari sejumlah pantai yang konon dikatakan sebagai yang terindah di dunia. Petugas imigrasi Somalia mengira Mike seorang mata-mata sebelum akhirnya ia berhasil meyakini mereka bahwa ia hanya seorang wisatawan.

Penjelajah Kunjungi Semua Negara di Dunia dalam 23 Tahun 

Mike berfoto bersama warga suku Yakuti di Yakutsk, wilayah kutub utara Rusia. Ia mengakhiri petualangannya di Irlandia bulan lalu di mana ia menghabiskan waktu beberapa pekan untuk bersantai sebelum kembali ke Calgary, Kanada.

Penjelajah Kunjungi Semua Negara di Dunia dalam 23 Tahun 

Mike mengunjungi sebuah tempat suci umat Islam di Teheran, Iran pada 2003. Selama melakukan petualangan, Mike berhasil terhindar dari maut di wilayah pegunungan Nepal dan senapan mesin pernah diarahkan ke wajahnya lebih dari sekali. Kini ia sudah selesai bertualang, setidaknya untuk sementara waktu.

Penjelajah Kunjungi Semua Negara di Dunia dalam 23 Tahun 

Gambar ini diambil saat Mike melakukan perjalanan di Kyrgyzstan. Ia tetap dalam keadaan sehat selama bertualang, namun pernah dua kali menderita malaria dan sekali terserang herpes saat berada di Asia Selatan.

Senin, 11 November 2013

Keajaiban Lab Milan Menyembuhkan Cedera


Getty Images/Mustafa Kasmi


Ditulis oleh: Sirajudin Hasbi


Ketika berbicara tentang kebugaran pesepakbola, hal yang akan terlintas di benak kita pertama kali adalah cedera. Kata cedera sudah menjadi demikian umum bagi pelaku dan pecinta sepak bola. Cedera juga menjadi hal yang paling ditakuti, terlebih jika dia menimpa pemain bintang. Dan sudah pasti pula hal itu akan menjadi tajuk utama di berbagai media.

Oleh karenanya, semua klub mafhum bahwa mereka perlu punya staf untuk memastikan kebugaran pemain. Salah satu yang selalu menjadi sorotan ketika kita berbicara tentang usaha untuk menjaga kebugaran pemain adalah Laboratorium AC Milan (Lab Milan).

Lab Milan merupakan pusat studi interdisiplin dengan teknologi paling mutakhir yang mencatat dan menganalisis kebugaran pemain. Setiap pemain dicatat performanya, riwayat cedera, hingga prediksi cedera yang akan dideritanya sehingga bisa dilakukan tindakan pencegahan.

Awal Mula Lab Milan

Lab Milan selalu menjadi pembicaraan dalam hal menjaga kebugaran pemain lantaran keberhasilan mereka yang sudah terbukti. Lab Milan berhasil membantu pemain seperti Paolo Maldini, Alessandro Nesta, hingga Fillippo Inzaghi bermain hingga usia senja dengan level permainan kelas Eropa.

Berdirinya Lab Milan bermula dari kesalahan transfer yang dilakukan oleh manajemen AC Milan saat mentransfer Fernando Redondo dari Real Madrid. Redondo merupakan pemain yang bagus dan sedang berada dalam performa terbaiknya ketika dibeli. Setelah melalui tes medis, Redondo resmi dikontrak AC Milan dengan biaya transfer 11 juta pounds. Di tahun 2000, nilai itu cukup besar tapi banyak pihak yang beranggapan itu sebanding dengan kemampuan Redondo.

Tapi, semuanya kemudian kecewa dan tindakan manajemen AC Milan mentransfer Redondo hanya menjadi bahan lelucon. Redondo gagal bersinar. Tidak hanya itu, di dua musim awalnya, dia tidak sekalipun bermain dalam laga resmi bersama Il Rossoneri akibat cedera yang dideritanya. Selama empat tahun di AC Milan, Redondo hanya bermain total 16 pertandingan.

Tentu saja kasus Redondo ini membuat bos AC Milan, Silvio Berlusconi berang. 11 juta pounds tanpa bermain selama dua musim membuatnya marah besar dan memecat semua tim medis AC Milan yang dianggap lalai tidak bisa memprediksi cedera pemain yang akan direkrut. Jika itu diketahui lebih awal tentunya transfer Redondo tidak akan pernah menjadi kenyataan.

Berangkat dari kasus ini, AC Milan lantas berinvestasi jutaan pounds untuk membuat Lab Milan. Belakangan Lab Milan bekerjasama dengan Microsoft untuk mendukung perangkat teknologi yang dipergunakan untuk mendukung kinerja staf Lab Milan. Tujuan didirikannya Lab Milan ini untuk menjaga kebugaran pemain dan juga untuk menghindari pembelian mahal yang kemudian tersia-siakan karena mengalami cedera.

Jean Pierre Meerssmen, dokter asal Belgia, ditunjuk menjadi kepala Lab Milan pertama. Lab Milan pun resmi beroperasi pada tahun 2002 dan disebut-sebut sebagai fasilias kesehatan paling mutakhir di Eropa. Lab Milan menerapkan metode Kinesiology. Metode ini digunakan untuk menganalisis kondisi pemain dengan lebih baik. 

Salah satu medote yang diterapkan oleh Lab Milan disebut Dynajump. Analisis kondisi pemain dilakukan dengan cara pemain diminta untuk melompat. Dengan Dynajump bisa diperkirakan 70% cedera pemain dengan akurat. Kelebihan lain dari Lab Milan ini adalah jika klub top lain memiliki dokter spesialis kardiologi, lutut, atau dokter umum, maka Lab Milan melenggkapinya dengan ahli matematika, ahli teknik, dan lainnya yang bertugas untuk mencatat semua data.

Data ini dicatat per pemain sehingga nantinya bisa diberikan perawatan khusus bagi setiap pemain. Lab Milan berprinsip bahwa setiap pemain memiliki keunikannya masing-masing sehingga perlu penanganan yang khusus pula. Selain itu, data ini setiap musimnya bisa digunakan untuk pertimbangan kebijakan transfer pemain dan seleksi pembentukan skuat musim baru. Siapa yang layak dipertahankan dan siapa yang akan masuk daftar jual bisa ditentukan dengan data yang dimiliki oleh Lab Milan.

Dampak Positif Lab Milan

Kehadiran Lab Milan pun langsung terasa bagi skuat AC Milan. Kebugaran pemainnya cukup bagus. Transfer gagal sangat jarang terjadi. Bahkan AC Milan yang kerap meminjam pemain bisa memaksimalkan pemain yang biasanya tersia-siakan di klub terdahulunya.

Paolo Maldini yang mulai memperoleh perawatan di Lab Milan di usianya yang sudah menginjak 32 tahun bisa bermain hingga sembilan tahun kemudian. Marcos Cafu dan Serginho juga bisa terus bermain dengan baik hingga usia senja. Bahkan saat mereka kini sudah bermain untuk Milan Glorie pun nampak fisiknya masih cukup bagus. Bisa dibilang fisik mereka masih mampu untuk bermain di liga Indonesia dan tetap bisa menjadi pemain bintang di sini.

Clarence Seedorf ketika datang ke AC Milan dari Inter Milan di musim 2002/2003 mendatangi Jean Pierre Meerssemen. Seedorf menjelaskan kondisinya dan setelah dilakukan pemeriksaan, dirinya menderita cedera di kunci paha. Cedera tersebut terus dialaminya selama satu setengah musim. Ketika itu Pierre Meersemen lalu membiusnya dan mulai langkah pengobatan, serta mencabut gigi geraham bungsunya yang terjepit. Setelah itu cedera Seedorf benar-benar hilang dan dia kembali membangun karirnya dengan gemilang.

Di Inter Milan dalam periode 2000 hingga 2002 dia bermain dalam 65 pertandingan dan hanya mencetak 8 gol. Sementara 10 tahun kebersamaannya bersama AC Milan dilalui dalam 300 pertandingan dengan mencetak 48 gol. Dia membantu Milan menjuarai Liga Champions pada 2003 dan 2007 yang membuatnya menjadi pemain yang bisa menjuarai Liga Champions dengan tiga klub berbeda (selain bersama AC Milan, Seedorf juara bersama Ajax Amsterdam pada 1995 dan Real Madrid di 1998).

Pemain-pemain senior bisa terus dalam kondisi bugar. Ketika mereka menjuarai Liga Champions di 2007, rata-rata umur skuat AC Milan 29 tahun. Rataan yang tua jika dibandingkan dengan kontestan lainnya. Dan itupun, skuat inti AC Milan lebih banyak yang sudah berada di atas 30 tahun dibanding yang di bawahnya. Usia 30 tahun untuk ukuran pesepakbola sudah dianggap tua dan performanya biasanya mulai menurun.

Lab Milan Bukan Tanpa Masalah

Meskipun dianggap sebagai salah satu yang terdepan dan pernah menginspirasi Chelsea untuk membentuk Lab Chelsea ketika Carlo Ancelotti menukangi klub London itu mulai 2009, Lab Milan bukan tanpa masalah. Dalam dinamikanya, Lab Milan kerap disangsikan manfaatnya dan dianggap beberapa kali melakukan kesalahan fatal.

Lab Milan pernah dipersalahkan dalam memberikan pengobatan pada cedera kaki Ronaldo pada 2007. Kaka pada 2009 sempat bilang bahwa proses penyembuhan cedera yang dia alami berjalan lima kali lebih cepat setelah ditangani oleh tim medis Brasil. Kemudian Alexander Pato ketika sudah pindah ke Corinthians mengatakan jika sumber cedera kambuhannya berasal dari perawatan di Lab Milan. Hal ini seperti yang pernah dikatakan oleh Owen Hargreaves mengenai tim medis Manchester United yang dianggap memakainya sebagai “kelinci percobaan” sehingga cedera yang dialaminya tidak kunjung sembuh.

Kini masalah kembali muncul lantaran sejak musim lalu AC Milan selalu dihantam badai cedera. Sekali waktu tidak tanggung-tanggung ada 14 pemain yang cedera. Pemain Milan yang masuk daftar cedera antara lain Gabriel, Giampaolo Pazzini, Riccardo Sapanora, M. A. Silvestre, Daniele Bonera, Mattia De Sciglio, Stephan El Shaarawy, Riccardo Montolivo, Ricardo Kaka, Ignazio Abate, Valter Birsa, Cristian Abbiati serta Mario Balotelli. El Shaarawy, yang begitu fenomenal musim lalu, sudah cedera sejak 1 September 2013 karena menderita cedera paha dan kemudian Microfracture. Bonera sejak bulan Juli 2013 sudah absen. Pazzini bahkan tak memperkuat AC Milan sejak Mei 2013 karena cedera lutut.

Kebanyakan dari pemain itu seperti Kaka dan Balotelli memang sudah kembali merumput, tetapi biasanya mengalami cedera kambuhan. Mario Balotelli mengalami cedera otot paha kambuhan yang diderita selama memperkuat timnas Italia dalam kualifikasi Piala Dunia melawan Armenia. Pemain gagal kembali bugar seratus persen dan tentunya menjadi kesulitan untuk memberikan performa terbaiknya.

Badai cedera pun menjadi salah satu alasan utama Massimiliano Allegri untuk menjawab mengapa performa AC Milan musim ini begitu buruk. Menurunnya kinerja Lab Milan disinyalir setelah mundurnya Daniel Tognanicci dan digantikan oleh Simone Goblins. Kalau menurut Jean Pierre Merrsseman, gejala penurunan Lab Milan sudah dimulai sejak tiga tahun yang lalu. Ketika semuanya sudah berjalan baik, manajemen AC Milan mulai tidak serius untuk membiayai dan mengembangkan Lab Milan. Padahal di sisi lain, sepak bola terus berkembang. Akhirnya ada yang tidak cocok lagi antara yang ada di Lab Milan dengan kebutuhan dalam sepak bola modern.

Jadwal yang semakin padat dan permainan yang berkembang semakin cepat telat diantisipasi oleh Lab Milan yang masih bergaya tradisional. Sepak bola klasik dan lambat khas Italia kini sudah mulai bergeser pada gaya bermain yang lebih cepat dan bertenaga. Apalagi Allegri lebih menyukai tipe pemain pekerja, alhasil pemain pun bergerak lebih cepat dan lebih sering berduel. Ini membuat pemain lebih rentan cedera dan belum diantisipasi oleh Lab Milan.

Jika masih ingin menyandang predikat sebagai fasilitas kesehatan terbaik di Eropa, Lab Milan harus segera berbenah dengan siapapun kepalanya. Tidak hanya itu, manajemen AC Milan sudah waktunya kembali menaruh perhatian besar kembali pada Lab Milan, terlebih mereka kini tak punya cukup uang untuk membeli pemain hebat.