Selasa, 03 Desember 2013
Mengintip Gudang Raksasa Toko Online Terbesar di Dunia
Amazon memiliki beberapa gudang raksasa. Salah satunya yang berlokasi di Peterborough, Cambridgeshire seperti terlihat di atas.
Gudang ini menampung begitu banyak barang yang siap dibeli oleh para konsumen Amazon secara online.
Tampak dua orang karyawan Amazon melakukan scan pada barang agar mudah dimonitor.
Para karyawan mengambil dan mendata barang yang dibeli konsumen.
Masing-masing rak diberi nomor sebagai penandan kategori barang.
Begitu banyaknya barang yang ada di gudang raksasa Amazon bisa disaksikan di sini.
Seorang karyawan berjalan di antara tumpukan barang.
Karyawan sedang menyortir barang.
Komputer merekam setiap item sebelum dibungkus.
Petugas mencatat barang yaitu konsol game Nintendo Wii.
Petugas melakukan scan pada DVD jualan Amazon.
Salah seorang karyawan sedang mencari barang pesanan pembeli.
Salah satu sudut gudang raksasa Amazon di Inggris.
Petugas mengamati barang-barang yang sudah siap diantarkan ke tangan konsumen.
Amazon wilayah Inggris menargetkan meraih 3,5 juta pesanan pada musim belanja akhir tahun ini.
Amazon didirikan Jeff Bezos dari garasi rumahnya dan terus meraksasa.
Selasa, 12 November 2013
Penjelajah Kunjungi Semua Negara di Dunia dalam 23 Tahun
Pria yang paling sering menjelajah dunia akhinya pulang
ke kediamannya setelah 23 tahun bekelana mengelilingi setiap negara di
dunia. Mike Spencer Bown menghabiskan dua dekade terakhir mengelilingi
dunia dalam petualangan ke 195 negara di dunia.
Pria berusia 44
tahun asal Kanada tersebut merupakan wisatawan pertama yang berkunjung
ke kota yang bergejolak, Mogadishu di Somalia. Ia mengunjungi kampung
halaman Saddam Hussein saat berlangsungnya invasi Amerika Serikat di
Irak dan bahkan tinggal bersama suku pigmi di Republik Demokratik Kongo.
Namun Mike, dengan membawa ransel yang sama selama 23 tahun terakhir,
akhirnya melepas sepatu botnya di Kerry, Irlandia di mana ia berencana
untuk bersantai selama beberapa pekan sebelum terbang menuju rumah
ibunya di Calgary, Kanada.
Penjelajah dunia Mike Spencer
Bown (44) duduk di tengah gurun yang berada di Aljazair Selatan pada
Juni 2013. Selama bertahun-tahun Mike sudah mengunjungi Indonesia
sebanyak 20 kali, Mesir dua kali, India enam kali, Kamerun lima kali,
Peru dua kali, China tiga kali, Afrika belasan kali dan Thailand hampir
50 kali.
Mike berjongkok di atas batu
dekat sebuah danau di Pakistan, tempat ia pernah ditahan oleh CIA. Ia
melakukan perjalanan melintasi Afghanistan dengan mengendarai sepeda
motor dan menengguk anggur saat terjadi baku tembak dengan kelompok
Taliban.
Di Seoul, Mike mencoba
mengenakan pakaian tradisional Korea. Sebagian besar perjalanan ia lalui
dengan menumpang kendaraan orang lain dan mengatakan bahwa tidak
seperti kebanyakan penjelajah dunia lainnya ia menetap dan menikmati
aktivitas di semua negara yang kunjungi
Dalam gambar ini Mike bersama
rekannya sesama petualang bernama Molly dekat Danau Namtso, Tibet. Mike
sudah menjelajahi beberapa tempat paling terpencil, berbahaya dan
terindah di dunia. Dan ia melakukan semua hal tersebut bersama ransel
setianya yang ia bawa sejak pertama kali meninggalkan Kanada pada 1990.
Mike bersama beberapa rekannya
sesama petualang menggelar pesta dekat Danau Namtso, Tibet. Ia membantu
mendanai penjelajahannya melalui beragam bisnis termasuk bisnis perak di
Bali, ekspor furnitur dari pulau Jawa dan batu mulia dari Afrika. Mike
mengatakan: “Saya tidak pernah mengalami masalah keuangan. Saya
mengambil risiko yang sudah diperhitungkan. Saya berkemah, menginap di
hotel yang murah, tinggal bersama warga lokal dan melakukan apa yang
mereka lakukan. Mudah mencari uang di negara dunia ketiga jika Anda tahu
caranya - jika Anda sudah cukup lama menetap di sana.
Mike berdiri di kawasan militer
Mongolia pada 2009. Meskipun mengunjungi beberapa tempat paling
berbahaya di dunia, Mike berhasil terhindar dari bahaya atau penyakit
berbahaya, tidak termasuk dua kali terserang malaria.
Dalam gambar ini Mike berfoto di
depan pohon Darah Naga (Dragon Blood tree) di Pulau Socotra, Yaman. Ia
merupakan wisatawan pertama yang mengunjungi kota bergejolak Mogadishu,
berkelana ke kampung halaman Saddam Hussein saat berlangsungnya invasi
Amerika Serikat di Irak dan bermain bersama suku pigmi di Kongo.
Pegunungan Altai di Mongolia
menjadi latar belakang yang sangat indah dalam gambar ini yang
menampilkan Mike bersama pemandu wisatanya. Selama 23 tahun melakukan
petualangan, Mike menaiki kereta luncur bersama warga lokal yang sedang
mabuk dari suku Yakuti di Rusia, tinggal bersama dukun di Mali dan
berkano dekat para harimau yang sedang terlelap di Bangladesh.
Mike berfoto bersama rekannya
sesama petualang Molly di Iran pada 2003. Ia sudah belasan kali harus
mengurus paspor. Mike mengakhiri petualangannya di Irlandia pada bulan
lalu di mana ia menghabiskan waktu selama beberapa pekan sebelum terbang
menuju ke rumah ibunya di Calgary, Kanada.
Mike sang penjelajah dunia
bersama seorang pemandu lokal saat berkunjung ke wilayah dataran tinggi
Papua Nugini. Ia akhirnya akan kembali pulang 23 tahun setelah mengawali
penjelajahannya ke seluruh dunia, mengunjungi semua negara di dunia
yang berjumlah 195 negara.
Para peziarah di Tibet membantu
menunjukkan jalan kepada pria asal Kanada tersebut. Selama melakukan
petualangan, Mike berhasil terhindar dari maut di wilayah pegunungan
Nepal dan senapan mesin pernah diarahkan ke wajahnya lebih dari sekali.
Selama 23 tahun melakukan
petualangan, Mike Spencer Bown melakukan kontak dengan beberapa hewan
paling berbahaya di dunia, termasuk gorila di Rwanda pada 2010. Ia juga
berkano melewati kawanan harimau yang sedang tertidur dan menaiki kereta
luncur rusa kutub.
Mike menikmati pemandangan
bersama seorang rekannya saat melakukan petualangan di Pakistan. Mike
juga pernah tinggal bersama suku pigmi Bambuti di Republik Demokratik
Kongo, berburu antelop (sejenis rusa) dan menghindari pemberontak Hutu.
Meskipun nyaris tertimpa marabahaya, Mike mengatakan ia tidak pernah
berencana mencari bahaya.
Ia pernah mengunjungi jalan raya
Karakoram, jalan raya lintas negera beraspal tertinggi di dunia yang
menghubungkan China dan Pakistan, dan ia melakukan semua petualangan
bersama ransel setianya yang ia bawa sejak pertama kali meninggalkan
Kanada pada 1990.
Saat melakukan perjalanan, Mike
berkesempatan menaiki kereta luncur rusa kutub di Rusia. Ia mengatakan
bahwa ia mengambil risiko yang sudah diperhitungkan, dan sering kali ia
berkemah atau menginap di hotel dengan biaya yang murah. Ia juga tinggal
bersama warga lokal di sejumlah negera di dunia.
Foto ini diambil saat Mike
berkunjung untuk kedua kalinya ke Machu Pichu. Ia mengatakan bahwa ia
berhasil melakukan petualangan selama 23 tahun dengan berhemat. Ia
membuang jauh-jauh bayangan untuk berlibur dan memutuskan untuk tinggal
bersama warga lokal, yang membedakannya dari para petualang lainnya.
Mike tinggal bersama suku pigmi
Bambuti di Republik Demokratik Kongo, dan gambar ini diambil saat
melakukan pembukaan lahan di hutan. Petualangan yang ia lakukan berhasil
mensejajarkan namanya dengan 300 orang lain yang berhasil menjelajahi
195 negara di seluruh dunia.
Warga suku Huli Wigmen di Tari
Highlands (Dataran Tinggi Tari), Papua Nugini, mengajak mampir Mike si
petualang ke rumah mereka saat ia melakukan perjalanan. Mike pertama
kali berpikir untuk mengunjungi setiap negara di dunia saat ia berusia
21 tahun, dan sejak saat itu ia sudah mengunjungi sejumlah negara hampir
50 kali.
Mike mengunjungi sejumlah tempat
paling berbahaya di dunia. Ia mengatakan momen yang paling berkesan
bagi dirinya adalah saat mengunjungi ibu kota paling berbahaya di dunia,
Mogadishu, pada 2010, dalam mencari sejumlah pantai yang konon
dikatakan sebagai yang terindah di dunia. Petugas imigrasi Somalia
mengira Mike seorang mata-mata sebelum akhirnya ia berhasil meyakini
mereka bahwa ia hanya seorang wisatawan.
Mike berfoto bersama warga suku
Yakuti di Yakutsk, wilayah kutub utara Rusia. Ia mengakhiri
petualangannya di Irlandia bulan lalu di mana ia menghabiskan waktu
beberapa pekan untuk bersantai sebelum kembali ke Calgary, Kanada.
Mike mengunjungi sebuah tempat
suci umat Islam di Teheran, Iran pada 2003. Selama melakukan
petualangan, Mike berhasil terhindar dari maut di wilayah pegunungan
Nepal dan senapan mesin pernah diarahkan ke wajahnya lebih dari sekali.
Kini ia sudah selesai bertualang, setidaknya untuk sementara waktu.
Gambar ini diambil saat Mike
melakukan perjalanan di Kyrgyzstan. Ia tetap dalam keadaan sehat selama
bertualang, namun pernah dua kali menderita malaria dan sekali terserang
herpes saat berada di Asia Selatan.
Senin, 11 November 2013
Keajaiban Lab Milan Menyembuhkan Cedera
Getty Images/Mustafa Kasmi
Ditulis oleh: Sirajudin Hasbi
Ketika berbicara tentang kebugaran pesepakbola, hal yang akan terlintas di benak kita pertama kali adalah cedera. Kata cedera sudah menjadi demikian umum bagi pelaku dan pecinta sepak bola. Cedera juga menjadi hal yang paling ditakuti, terlebih jika dia menimpa pemain bintang. Dan sudah pasti pula hal itu akan menjadi tajuk utama di berbagai media.
Oleh karenanya, semua klub mafhum bahwa mereka perlu punya staf untuk memastikan kebugaran pemain. Salah satu yang selalu menjadi sorotan ketika kita berbicara tentang usaha untuk menjaga kebugaran pemain adalah Laboratorium AC Milan (Lab Milan).
Lab Milan merupakan pusat studi interdisiplin dengan teknologi paling mutakhir yang mencatat dan menganalisis kebugaran pemain. Setiap pemain dicatat performanya, riwayat cedera, hingga prediksi cedera yang akan dideritanya sehingga bisa dilakukan tindakan pencegahan.
Awal Mula Lab Milan
Lab Milan selalu menjadi pembicaraan dalam hal menjaga kebugaran pemain lantaran keberhasilan mereka yang sudah terbukti. Lab Milan berhasil membantu pemain seperti Paolo Maldini, Alessandro Nesta, hingga Fillippo Inzaghi bermain hingga usia senja dengan level permainan kelas Eropa.
Berdirinya Lab Milan bermula dari kesalahan transfer yang dilakukan oleh manajemen AC Milan saat mentransfer Fernando Redondo dari Real Madrid. Redondo merupakan pemain yang bagus dan sedang berada dalam performa terbaiknya ketika dibeli. Setelah melalui tes medis, Redondo resmi dikontrak AC Milan dengan biaya transfer 11 juta pounds. Di tahun 2000, nilai itu cukup besar tapi banyak pihak yang beranggapan itu sebanding dengan kemampuan Redondo.
Tapi, semuanya kemudian kecewa dan tindakan manajemen AC Milan mentransfer Redondo hanya menjadi bahan lelucon. Redondo gagal bersinar. Tidak hanya itu, di dua musim awalnya, dia tidak sekalipun bermain dalam laga resmi bersama Il Rossoneri akibat cedera yang dideritanya. Selama empat tahun di AC Milan, Redondo hanya bermain total 16 pertandingan.
Tentu saja kasus Redondo ini membuat bos AC Milan, Silvio Berlusconi berang. 11 juta pounds tanpa bermain selama dua musim membuatnya marah besar dan memecat semua tim medis AC Milan yang dianggap lalai tidak bisa memprediksi cedera pemain yang akan direkrut. Jika itu diketahui lebih awal tentunya transfer Redondo tidak akan pernah menjadi kenyataan.
Berangkat dari kasus ini, AC Milan lantas berinvestasi jutaan pounds untuk membuat Lab Milan. Belakangan Lab Milan bekerjasama dengan Microsoft untuk mendukung perangkat teknologi yang dipergunakan untuk mendukung kinerja staf Lab Milan. Tujuan didirikannya Lab Milan ini untuk menjaga kebugaran pemain dan juga untuk menghindari pembelian mahal yang kemudian tersia-siakan karena mengalami cedera.
Jean Pierre Meerssmen, dokter asal Belgia, ditunjuk menjadi kepala Lab Milan pertama. Lab Milan pun resmi beroperasi pada tahun 2002 dan disebut-sebut sebagai fasilias kesehatan paling mutakhir di Eropa. Lab Milan menerapkan metode Kinesiology. Metode ini digunakan untuk menganalisis kondisi pemain dengan lebih baik.
Salah satu medote yang diterapkan oleh Lab Milan disebut Dynajump. Analisis kondisi pemain dilakukan dengan cara pemain diminta untuk melompat. Dengan Dynajump bisa diperkirakan 70% cedera pemain dengan akurat. Kelebihan lain dari Lab Milan ini adalah jika klub top lain memiliki dokter spesialis kardiologi, lutut, atau dokter umum, maka Lab Milan melenggkapinya dengan ahli matematika, ahli teknik, dan lainnya yang bertugas untuk mencatat semua data.
Data ini dicatat per pemain sehingga nantinya bisa diberikan perawatan khusus bagi setiap pemain. Lab Milan berprinsip bahwa setiap pemain memiliki keunikannya masing-masing sehingga perlu penanganan yang khusus pula. Selain itu, data ini setiap musimnya bisa digunakan untuk pertimbangan kebijakan transfer pemain dan seleksi pembentukan skuat musim baru. Siapa yang layak dipertahankan dan siapa yang akan masuk daftar jual bisa ditentukan dengan data yang dimiliki oleh Lab Milan.
Dampak Positif Lab Milan
Kehadiran Lab Milan pun langsung terasa bagi skuat AC Milan. Kebugaran pemainnya cukup bagus. Transfer gagal sangat jarang terjadi. Bahkan AC Milan yang kerap meminjam pemain bisa memaksimalkan pemain yang biasanya tersia-siakan di klub terdahulunya.
Paolo Maldini yang mulai memperoleh perawatan di Lab Milan di usianya yang sudah menginjak 32 tahun bisa bermain hingga sembilan tahun kemudian. Marcos Cafu dan Serginho juga bisa terus bermain dengan baik hingga usia senja. Bahkan saat mereka kini sudah bermain untuk Milan Glorie pun nampak fisiknya masih cukup bagus. Bisa dibilang fisik mereka masih mampu untuk bermain di liga Indonesia dan tetap bisa menjadi pemain bintang di sini.
Clarence Seedorf ketika datang ke AC Milan dari Inter Milan di musim 2002/2003 mendatangi Jean Pierre Meerssemen. Seedorf menjelaskan kondisinya dan setelah dilakukan pemeriksaan, dirinya menderita cedera di kunci paha. Cedera tersebut terus dialaminya selama satu setengah musim. Ketika itu Pierre Meersemen lalu membiusnya dan mulai langkah pengobatan, serta mencabut gigi geraham bungsunya yang terjepit. Setelah itu cedera Seedorf benar-benar hilang dan dia kembali membangun karirnya dengan gemilang.
Di Inter Milan dalam periode 2000 hingga 2002 dia bermain dalam 65 pertandingan dan hanya mencetak 8 gol. Sementara 10 tahun kebersamaannya bersama AC Milan dilalui dalam 300 pertandingan dengan mencetak 48 gol. Dia membantu Milan menjuarai Liga Champions pada 2003 dan 2007 yang membuatnya menjadi pemain yang bisa menjuarai Liga Champions dengan tiga klub berbeda (selain bersama AC Milan, Seedorf juara bersama Ajax Amsterdam pada 1995 dan Real Madrid di 1998).
Pemain-pemain senior bisa terus dalam kondisi bugar. Ketika mereka menjuarai Liga Champions di 2007, rata-rata umur skuat AC Milan 29 tahun. Rataan yang tua jika dibandingkan dengan kontestan lainnya. Dan itupun, skuat inti AC Milan lebih banyak yang sudah berada di atas 30 tahun dibanding yang di bawahnya. Usia 30 tahun untuk ukuran pesepakbola sudah dianggap tua dan performanya biasanya mulai menurun.
Lab Milan Bukan Tanpa Masalah
Meskipun dianggap sebagai salah satu yang terdepan dan pernah menginspirasi Chelsea untuk membentuk Lab Chelsea ketika Carlo Ancelotti menukangi klub London itu mulai 2009, Lab Milan bukan tanpa masalah. Dalam dinamikanya, Lab Milan kerap disangsikan manfaatnya dan dianggap beberapa kali melakukan kesalahan fatal.
Lab Milan pernah dipersalahkan dalam memberikan pengobatan pada cedera kaki Ronaldo pada 2007. Kaka pada 2009 sempat bilang bahwa proses penyembuhan cedera yang dia alami berjalan lima kali lebih cepat setelah ditangani oleh tim medis Brasil. Kemudian Alexander Pato ketika sudah pindah ke Corinthians mengatakan jika sumber cedera kambuhannya berasal dari perawatan di Lab Milan. Hal ini seperti yang pernah dikatakan oleh Owen Hargreaves mengenai tim medis Manchester United yang dianggap memakainya sebagai “kelinci percobaan” sehingga cedera yang dialaminya tidak kunjung sembuh.
Kini masalah kembali muncul lantaran sejak musim lalu AC Milan selalu dihantam badai cedera. Sekali waktu tidak tanggung-tanggung ada 14 pemain yang cedera. Pemain Milan yang masuk daftar cedera antara lain Gabriel, Giampaolo Pazzini, Riccardo Sapanora, M. A. Silvestre, Daniele Bonera, Mattia De Sciglio, Stephan El Shaarawy, Riccardo Montolivo, Ricardo Kaka, Ignazio Abate, Valter Birsa, Cristian Abbiati serta Mario Balotelli. El Shaarawy, yang begitu fenomenal musim lalu, sudah cedera sejak 1 September 2013 karena menderita cedera paha dan kemudian Microfracture. Bonera sejak bulan Juli 2013 sudah absen. Pazzini bahkan tak memperkuat AC Milan sejak Mei 2013 karena cedera lutut.
Kebanyakan dari pemain itu seperti Kaka dan Balotelli memang sudah kembali merumput, tetapi biasanya mengalami cedera kambuhan. Mario Balotelli mengalami cedera otot paha kambuhan yang diderita selama memperkuat timnas Italia dalam kualifikasi Piala Dunia melawan Armenia. Pemain gagal kembali bugar seratus persen dan tentunya menjadi kesulitan untuk memberikan performa terbaiknya.
Badai cedera pun menjadi salah satu alasan utama Massimiliano Allegri untuk menjawab mengapa performa AC Milan musim ini begitu buruk. Menurunnya kinerja Lab Milan disinyalir setelah mundurnya Daniel Tognanicci dan digantikan oleh Simone Goblins. Kalau menurut Jean Pierre Merrsseman, gejala penurunan Lab Milan sudah dimulai sejak tiga tahun yang lalu. Ketika semuanya sudah berjalan baik, manajemen AC Milan mulai tidak serius untuk membiayai dan mengembangkan Lab Milan. Padahal di sisi lain, sepak bola terus berkembang. Akhirnya ada yang tidak cocok lagi antara yang ada di Lab Milan dengan kebutuhan dalam sepak bola modern.
Jadwal yang semakin padat dan permainan yang berkembang semakin cepat telat diantisipasi oleh Lab Milan yang masih bergaya tradisional. Sepak bola klasik dan lambat khas Italia kini sudah mulai bergeser pada gaya bermain yang lebih cepat dan bertenaga. Apalagi Allegri lebih menyukai tipe pemain pekerja, alhasil pemain pun bergerak lebih cepat dan lebih sering berduel. Ini membuat pemain lebih rentan cedera dan belum diantisipasi oleh Lab Milan.
Jika masih ingin menyandang predikat sebagai fasilitas kesehatan terbaik di Eropa, Lab Milan harus segera berbenah dengan siapapun kepalanya. Tidak hanya itu, manajemen AC Milan sudah waktunya kembali menaruh perhatian besar kembali pada Lab Milan, terlebih mereka kini tak punya cukup uang untuk membeli pemain hebat.
Ditulis oleh: Sirajudin Hasbi
Ketika berbicara tentang kebugaran pesepakbola, hal yang akan terlintas di benak kita pertama kali adalah cedera. Kata cedera sudah menjadi demikian umum bagi pelaku dan pecinta sepak bola. Cedera juga menjadi hal yang paling ditakuti, terlebih jika dia menimpa pemain bintang. Dan sudah pasti pula hal itu akan menjadi tajuk utama di berbagai media.
Oleh karenanya, semua klub mafhum bahwa mereka perlu punya staf untuk memastikan kebugaran pemain. Salah satu yang selalu menjadi sorotan ketika kita berbicara tentang usaha untuk menjaga kebugaran pemain adalah Laboratorium AC Milan (Lab Milan).
Lab Milan merupakan pusat studi interdisiplin dengan teknologi paling mutakhir yang mencatat dan menganalisis kebugaran pemain. Setiap pemain dicatat performanya, riwayat cedera, hingga prediksi cedera yang akan dideritanya sehingga bisa dilakukan tindakan pencegahan.
Awal Mula Lab Milan
Lab Milan selalu menjadi pembicaraan dalam hal menjaga kebugaran pemain lantaran keberhasilan mereka yang sudah terbukti. Lab Milan berhasil membantu pemain seperti Paolo Maldini, Alessandro Nesta, hingga Fillippo Inzaghi bermain hingga usia senja dengan level permainan kelas Eropa.
Berdirinya Lab Milan bermula dari kesalahan transfer yang dilakukan oleh manajemen AC Milan saat mentransfer Fernando Redondo dari Real Madrid. Redondo merupakan pemain yang bagus dan sedang berada dalam performa terbaiknya ketika dibeli. Setelah melalui tes medis, Redondo resmi dikontrak AC Milan dengan biaya transfer 11 juta pounds. Di tahun 2000, nilai itu cukup besar tapi banyak pihak yang beranggapan itu sebanding dengan kemampuan Redondo.
Tapi, semuanya kemudian kecewa dan tindakan manajemen AC Milan mentransfer Redondo hanya menjadi bahan lelucon. Redondo gagal bersinar. Tidak hanya itu, di dua musim awalnya, dia tidak sekalipun bermain dalam laga resmi bersama Il Rossoneri akibat cedera yang dideritanya. Selama empat tahun di AC Milan, Redondo hanya bermain total 16 pertandingan.
Tentu saja kasus Redondo ini membuat bos AC Milan, Silvio Berlusconi berang. 11 juta pounds tanpa bermain selama dua musim membuatnya marah besar dan memecat semua tim medis AC Milan yang dianggap lalai tidak bisa memprediksi cedera pemain yang akan direkrut. Jika itu diketahui lebih awal tentunya transfer Redondo tidak akan pernah menjadi kenyataan.
Berangkat dari kasus ini, AC Milan lantas berinvestasi jutaan pounds untuk membuat Lab Milan. Belakangan Lab Milan bekerjasama dengan Microsoft untuk mendukung perangkat teknologi yang dipergunakan untuk mendukung kinerja staf Lab Milan. Tujuan didirikannya Lab Milan ini untuk menjaga kebugaran pemain dan juga untuk menghindari pembelian mahal yang kemudian tersia-siakan karena mengalami cedera.
Jean Pierre Meerssmen, dokter asal Belgia, ditunjuk menjadi kepala Lab Milan pertama. Lab Milan pun resmi beroperasi pada tahun 2002 dan disebut-sebut sebagai fasilias kesehatan paling mutakhir di Eropa. Lab Milan menerapkan metode Kinesiology. Metode ini digunakan untuk menganalisis kondisi pemain dengan lebih baik.
Salah satu medote yang diterapkan oleh Lab Milan disebut Dynajump. Analisis kondisi pemain dilakukan dengan cara pemain diminta untuk melompat. Dengan Dynajump bisa diperkirakan 70% cedera pemain dengan akurat. Kelebihan lain dari Lab Milan ini adalah jika klub top lain memiliki dokter spesialis kardiologi, lutut, atau dokter umum, maka Lab Milan melenggkapinya dengan ahli matematika, ahli teknik, dan lainnya yang bertugas untuk mencatat semua data.
Data ini dicatat per pemain sehingga nantinya bisa diberikan perawatan khusus bagi setiap pemain. Lab Milan berprinsip bahwa setiap pemain memiliki keunikannya masing-masing sehingga perlu penanganan yang khusus pula. Selain itu, data ini setiap musimnya bisa digunakan untuk pertimbangan kebijakan transfer pemain dan seleksi pembentukan skuat musim baru. Siapa yang layak dipertahankan dan siapa yang akan masuk daftar jual bisa ditentukan dengan data yang dimiliki oleh Lab Milan.
Dampak Positif Lab Milan
Kehadiran Lab Milan pun langsung terasa bagi skuat AC Milan. Kebugaran pemainnya cukup bagus. Transfer gagal sangat jarang terjadi. Bahkan AC Milan yang kerap meminjam pemain bisa memaksimalkan pemain yang biasanya tersia-siakan di klub terdahulunya.
Paolo Maldini yang mulai memperoleh perawatan di Lab Milan di usianya yang sudah menginjak 32 tahun bisa bermain hingga sembilan tahun kemudian. Marcos Cafu dan Serginho juga bisa terus bermain dengan baik hingga usia senja. Bahkan saat mereka kini sudah bermain untuk Milan Glorie pun nampak fisiknya masih cukup bagus. Bisa dibilang fisik mereka masih mampu untuk bermain di liga Indonesia dan tetap bisa menjadi pemain bintang di sini.
Clarence Seedorf ketika datang ke AC Milan dari Inter Milan di musim 2002/2003 mendatangi Jean Pierre Meerssemen. Seedorf menjelaskan kondisinya dan setelah dilakukan pemeriksaan, dirinya menderita cedera di kunci paha. Cedera tersebut terus dialaminya selama satu setengah musim. Ketika itu Pierre Meersemen lalu membiusnya dan mulai langkah pengobatan, serta mencabut gigi geraham bungsunya yang terjepit. Setelah itu cedera Seedorf benar-benar hilang dan dia kembali membangun karirnya dengan gemilang.
Di Inter Milan dalam periode 2000 hingga 2002 dia bermain dalam 65 pertandingan dan hanya mencetak 8 gol. Sementara 10 tahun kebersamaannya bersama AC Milan dilalui dalam 300 pertandingan dengan mencetak 48 gol. Dia membantu Milan menjuarai Liga Champions pada 2003 dan 2007 yang membuatnya menjadi pemain yang bisa menjuarai Liga Champions dengan tiga klub berbeda (selain bersama AC Milan, Seedorf juara bersama Ajax Amsterdam pada 1995 dan Real Madrid di 1998).
Pemain-pemain senior bisa terus dalam kondisi bugar. Ketika mereka menjuarai Liga Champions di 2007, rata-rata umur skuat AC Milan 29 tahun. Rataan yang tua jika dibandingkan dengan kontestan lainnya. Dan itupun, skuat inti AC Milan lebih banyak yang sudah berada di atas 30 tahun dibanding yang di bawahnya. Usia 30 tahun untuk ukuran pesepakbola sudah dianggap tua dan performanya biasanya mulai menurun.
Lab Milan Bukan Tanpa Masalah
Meskipun dianggap sebagai salah satu yang terdepan dan pernah menginspirasi Chelsea untuk membentuk Lab Chelsea ketika Carlo Ancelotti menukangi klub London itu mulai 2009, Lab Milan bukan tanpa masalah. Dalam dinamikanya, Lab Milan kerap disangsikan manfaatnya dan dianggap beberapa kali melakukan kesalahan fatal.
Lab Milan pernah dipersalahkan dalam memberikan pengobatan pada cedera kaki Ronaldo pada 2007. Kaka pada 2009 sempat bilang bahwa proses penyembuhan cedera yang dia alami berjalan lima kali lebih cepat setelah ditangani oleh tim medis Brasil. Kemudian Alexander Pato ketika sudah pindah ke Corinthians mengatakan jika sumber cedera kambuhannya berasal dari perawatan di Lab Milan. Hal ini seperti yang pernah dikatakan oleh Owen Hargreaves mengenai tim medis Manchester United yang dianggap memakainya sebagai “kelinci percobaan” sehingga cedera yang dialaminya tidak kunjung sembuh.
Kini masalah kembali muncul lantaran sejak musim lalu AC Milan selalu dihantam badai cedera. Sekali waktu tidak tanggung-tanggung ada 14 pemain yang cedera. Pemain Milan yang masuk daftar cedera antara lain Gabriel, Giampaolo Pazzini, Riccardo Sapanora, M. A. Silvestre, Daniele Bonera, Mattia De Sciglio, Stephan El Shaarawy, Riccardo Montolivo, Ricardo Kaka, Ignazio Abate, Valter Birsa, Cristian Abbiati serta Mario Balotelli. El Shaarawy, yang begitu fenomenal musim lalu, sudah cedera sejak 1 September 2013 karena menderita cedera paha dan kemudian Microfracture. Bonera sejak bulan Juli 2013 sudah absen. Pazzini bahkan tak memperkuat AC Milan sejak Mei 2013 karena cedera lutut.
Kebanyakan dari pemain itu seperti Kaka dan Balotelli memang sudah kembali merumput, tetapi biasanya mengalami cedera kambuhan. Mario Balotelli mengalami cedera otot paha kambuhan yang diderita selama memperkuat timnas Italia dalam kualifikasi Piala Dunia melawan Armenia. Pemain gagal kembali bugar seratus persen dan tentunya menjadi kesulitan untuk memberikan performa terbaiknya.
Badai cedera pun menjadi salah satu alasan utama Massimiliano Allegri untuk menjawab mengapa performa AC Milan musim ini begitu buruk. Menurunnya kinerja Lab Milan disinyalir setelah mundurnya Daniel Tognanicci dan digantikan oleh Simone Goblins. Kalau menurut Jean Pierre Merrsseman, gejala penurunan Lab Milan sudah dimulai sejak tiga tahun yang lalu. Ketika semuanya sudah berjalan baik, manajemen AC Milan mulai tidak serius untuk membiayai dan mengembangkan Lab Milan. Padahal di sisi lain, sepak bola terus berkembang. Akhirnya ada yang tidak cocok lagi antara yang ada di Lab Milan dengan kebutuhan dalam sepak bola modern.
Jadwal yang semakin padat dan permainan yang berkembang semakin cepat telat diantisipasi oleh Lab Milan yang masih bergaya tradisional. Sepak bola klasik dan lambat khas Italia kini sudah mulai bergeser pada gaya bermain yang lebih cepat dan bertenaga. Apalagi Allegri lebih menyukai tipe pemain pekerja, alhasil pemain pun bergerak lebih cepat dan lebih sering berduel. Ini membuat pemain lebih rentan cedera dan belum diantisipasi oleh Lab Milan.
Jika masih ingin menyandang predikat sebagai fasilitas kesehatan terbaik di Eropa, Lab Milan harus segera berbenah dengan siapapun kepalanya. Tidak hanya itu, manajemen AC Milan sudah waktunya kembali menaruh perhatian besar kembali pada Lab Milan, terlebih mereka kini tak punya cukup uang untuk membeli pemain hebat.
Rabu, 17 Juli 2013
15 Kacamata Paling Terkenal di Dunia
Kacamata bukan hanya sekedar alat bantu penglihatan atau pelindung mata
dari matahari, melainkan bisa menjadi bisa menjadi ciri khas seseorang
dari fungsi sebagai aksesoris fashion.
Sepanjang sejarah, kita seringkali menghubungkan suatu tren fashion terhadap penampilan seseorang dengan gaya yang spesifik.
Dalam
sebuah proyek pribadi tang berjudul Famous Eyeglasses, seorang
freelance web designer, Federico Mauro mengumpulkan serangkain poster
yang menampilkan kacamata dengan latar belakang polos dan dilengkapi
dengan nama orang di bawahnya yang menggunakan model kacamata tersebut.
Siapa saja pemilik kacamata paling terkenal ?
John Lennon
Siapa saja pemilik kacamata paling terkenal ?
John Lennon
John
Winston Ono Lennon (lahir di Liverpool, Inggris, 9 Oktober 1940
meninggal di New York City, Amerika Serikat, 8 Desember 1980 pada umur
40 tahun) paling dikenal sebagai penyanyi, pencipta lagu,
instrumentalis, penulis, dan aktivis politik yang terkenal di seluruh
dunia sebagai pemimpin dari The Beatles.
Punya ciri khas tersendiri dari kacamata yang ia pakai
Malcolm X
Punya ciri khas tersendiri dari kacamata yang ia pakai
Malcolm X
Malcolm
X (lahir 19 Mei 1925 meninggal 21 Februari 1965 pada umur 39 tahun)
lahir dengan nama Malcolm Little dan dikenal sebagai El-Hajj Malik
El-Shabazz adalah seorang tokoh Muslim Afrika-Amerika dan aktivis hak
asasi manusia.
Aktivis yang juga terkenal karena ciri khas dari kacamata yang ia pakai
Lolita
Aktivis yang juga terkenal karena ciri khas dari kacamata yang ia pakai
Lolita
Lolita
adalah Film drama Perancis-Amerika disutradarai oleh Adrian Lyne pada
tahun 1997. Film Lolita adaptasi layar kedua novel Vladimir Nabokov.
Karakter Lolita identik dengan kacamata frame berbentuk hati
Morpheus
Karakter Lolita identik dengan kacamata frame berbentuk hati
Morpheus
Morpheus adalah karakter fiksi dalam film The Matrix
terkenal juga karena kacamata uniknya
Elvis Presley
terkenal juga karena kacamata uniknya
Elvis Presley
Elvis
Aaron Presley (lahir di Tupelo, Mississippi, Amerika Serikat, 8 Januari
1935 meninggal di Memphis, Tennessee, Amerika Serikat, 16 Agustus 1977
pada umur 42 tahun) adalah seorang penyanyi rock `n` roll legendaris
dan terpopuler yang berasal dari Amerika Serikat.
Yang tidak bisa lepas dari kacamata khasnya
The Blues Brothers
Yang tidak bisa lepas dari kacamata khasnya
The Blues Brothers
The
Blues Brothers adalah band yang beraliran musik blues Amerika dan
rhythm and blues yang didirikan pada tahun 1978 oleh aktor komedi Dan
Aykroyd dan John Belushi sebagai bagian dari sketsa musik di Saturday
Night Live.
Harry Potter
Harry Potter
Siapa sih yang ga tau Harry Potter, penyihir yang indentik sekali dengan kacamatanya
Audrey Hepburn
Audrey Hepburn
Audrey
Hepburn (lahir di Brusel, Belgia, 4 Mei 1929 meninggal di Tolochenaz,
Swiss, 20 Januari 1993 pada umur 63 tahun) adalah bintang film Hollywood
pemenang Academy Award sekaligus aktris panggung Broadway, balerina,
peragawati, dan pekerja kemanusiaan.
yang identik juga dengan kacamatanya
Tony Montana
yang identik juga dengan kacamatanya
Tony Montana
Antonio Raimundo "Tony" Montana adalah karakter fiksi dan protagonis tahun 1983 Film Scarface.
Woody Allen
Woody Allen
Woody
Allen (lahir di New York City, 1 Desember 1953; umur 59 tahun terlahir
dengan nama Allen Stewart Konigsberg) adalah seorang aktor, sutradara
film, penulis, musikus (Klarinet), dan pelawak asal Amerika Serikat.
ciri khasnya? ya kacamatanya
Steve McQueen
ciri khasnya? ya kacamatanya
Steve McQueen
Steve
McQueen (24 Maret 1930-7 November 1980) merupakan seorang aktor
berkebangsaan Amerika Serikat yang memenangkan nominasi Academy Award.
Dia dijuluki sebagai "The King of Cool". Dia dilahirkan di Beech Grove,
Indiana. Dia berkarier di dunia film sejak tahun 1953.
Tom Cruise
Tom Cruise
Tom
Cruise (lahir dengan nama Thomas Cruise Mapother IV 3 Juli 1962; umur
50 tahun) adalah seorang aktor dan produser film Amerika Serikat yang
dinominasikan dalam Academy Award, dan memenangkan tiga kali penghargaan
Golden Globe Award . Ia juga salah satu aktor tersukses di Hollywood
dan memulai karier aktingnya sejak era 1980an.
Sofia Loren
Sofia Loren
Sophia
Loren (lahir 20 September 1934; umur 78 tahun) merupakan seorang aktris
berkebangsaan Italia yang memenangkan nominasi Academy Award sebagai
aktris terbaik. Dia dilahirkan di Roma dengan nama Sofia Villani
Scicolone. Dia berkarier di dunia film sejak tahun 1950.
Elton John
Sir
Elton Hercules John (lahir 25 Maret 1947; umur 66 tahun) merupakan
penyanyi berkebangsaan Inggris. Ia terkenal sebagai pelantun lagu Candle
In The Wind yang populer di pertengahan tahun 70-an
Steve Jobs
Steve Jobs
Steven
Paul "Steve" Jobs (lahir di San Francisco, California, Amerika Serikat,
24 Februari 1955 meninggal di Palo Alto, California, Amerika Serikat, 5
Oktober 2011 pada umur 56 tahun) adalah seorang tokoh bisnis dan penemu
Amerika Serikat. Ia adalah pendiri pendamping, ketua, dan mantan CEO
Apple Inc.
kacamatanya itu lho
kacamatanya itu lho
Langganan:
Postingan (Atom)